Sabtu, 04 Desember 2010

KAIDAH PERTAMA

KAIDAH PERTAMA
الامور بمقاصدها
“Segala sesuatu (perbuatan) tergantung kepada tujuannya”
     Yang menjadi dasar kaidah ini ialah Firman-firman Alloh dan Hadist-hadist Nabi, diantaranya:
وماأمروا الاليبدواالله مخلصين له الدين حنفاء.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah ALLoh SWT. Dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama dengan lurus”.
ومن يرد ثواب الدنيا نؤته منها ومن يرد تواب الاخرة نؤته منها.
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) pahala akhirat itu”.
انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ مانوى.  {أخرجه عن عمر ابن الخطاب}
“Sesungguhnya segala amal hanyalah menurut niatnya, dan sesungguhnya bagi seseorang itu hanyalah apa yang diniatkannya”.
انّك لن تنفق نفقة تبتغي بها وجه الله الا اجرت فيها حتي ما تجعل في امرأتك. {احرجه البخارى عن سعد ابن أبي وقاص}
“Sesungguhnya semua nafkah yang kamu nafkahkan dengan niat mencari keridloan Alloh SWT. , tentu engkau mendapatkan pahalanya, sehingga (mengenai) apa yang kamu berikan kepada istrimu”.
    Imam Ahmad sependapat dengan Imam Syafi’i, bahwa hadist niat ini termasuk salah satu dari tiga hadist yang menjadi tempat  kembalinya seluruh hukum-hukum agama, sedangkan hadist yang kedua ialah :
من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو ردّ. {متفق عليه}
“Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusan agamaku ini dengan sesuatu yang tidak berasal/berdasar dari agama, maka tertolak”. Hadist yang ke-tiga :
الحلال بيّن والحرام بيّن وبينهما امور مشتبهات لا يعلمهنّ كثير من الناس فمن اتقي الشّبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه.        
(رواه متفق عليه)
    “ Yang halal itu telah jelas dan yang haram juga jelas, di antara keduanya ada hal-hal yang syubhat (tidak jelas kehalalnya dan keharamannya) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang takut/menghindari syubhat, maka telah benar-benar selamat agama dan kehormatannya”.
انّما يبعث الناس علي نياتهم. (تخرجه ابن ماجه عن أبي هريرة)
    “ Sesungguhnya manusia itu akan dibangkitkan (untuk memperoleh balasan) sesuai dengan niat masing-masing”.
     Demikianlah dasar-dasar kaidah di atas. Adapun pengertiannya ialah bahwa setiap amal perbuatan, baik dalam berhubungan dengan Alloh SWT  maupun dengan sesama makhluk, nilainya ditentukan oleh niat serta tujuan yang dilakukannya.
     Dalam perbuatan ibadah yang hubungannya dengan Alloh SWT, niat karena Alloh SWT merupakan rukun, sehingga menentukan sah atau tidaknya suatu amal. Sedangkan perbuatan yang berhubungan dengan sesama makhluk, niat merupakan penentu. Seperti mu’amalah, munakahah, jinayat dan sebagainya , maka apakah perbuatan-perbuatan tersebut mempunyai nilai ibadah atau sebaliknya perbuatan yang mengandung dosa.
     Di samping itu, niat merupakan pembeda tingkatan suatu ibadah, misalnya ibadah itu fardlu atau sunnah,  juga menjadi pembeda antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain, dan pembeda antara ibadah dan bukan ibadah yaitu perbuatan kebiasaan. Contohnya seperti wudlu dan mandi, bisa berlaku sebagai ibadah kalau diniatkan ibadah dan juga bisa hanya sekedar mendinginkan badan atau membersihkan badan kalau ia hanya niat membersihkan badan saja dan banyak lagi contoh seperti itu, semua bentuk pelaksanaanya sama tetapi kedudukannya tidak sama tergantung niatnya.Hampir semua masalah fiqih kembali pada kaidah yang pertama ini.
     Niat harus sudah ada pada permulaan melakukan perbuatan, sedangkan tempat niat adalah di dalam hati, sehingga untuk mengetahui sejauhmana niat dari yang berbuat, harus kita ketahui tanda-tanda/petunjuk-petunjuk yang dapat dijadikan alat untuk mengetahui macam niat orang yang berbuat. Seorang yang menyebabkan matinya seseorang akan berbeda hukumannya tergantung pada niatnya, disengaja atau tidak, ada niat atau tidak.
     Niat juga merupakan suatu ibadah tersendiri seperti yang terdapat dalam hadist.
نِيَّةٌ  الْمُؤمِنُ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ.
    “Niat seorang mu’min itu lebih baik dibanding amalnya(tanpa niat)”.
    Seorang mu’min niat beramal kebaikan karena Alloh SWT kemudian ia tidak dapat melaksanakannya maka dia mendapat pahala, kalau tanpa niat meskipun ia beramal tak mendapat pahala.
    Cukup sampai di sini dulu, untuk pengembangan kaidah yang pertama ini nanti pada postingan berikutnya.

    




0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template